BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Masalah
Kehidupan pada saat ini bisa di ibaratkan dengan
pemahaman yang semakin bertumbuh besar karena sejak dari sebatang biji kita
menanamnya merawat dengan cara menyiramnya hingga bertumbuh besarlah pohon
tersebut, akan tetapi saat pepohonan tersebut terlalu banyak disiram maka
lambat laun pepohon tersebut akan mati, begitulah ungkapan yang tepat untuk
kehidupan saat ini.
Dizaman modern ini para generasi muda seolang diturut
untuk mengembangi perkembangan zaman. Akan terapi saat para genarasi muda itu
ingin menyeimbangi yang mana pengetahuan berasal dari Negara luar dengan secara
tidak langsung pengetahuan yang desertai dengan budaya dari barat tersebut
menyimpang dan pengetahuan serta perilaku baik yang telah menjadi budaya Negara
kita.
Sebagaimana dengan ungkapan diatas tadi, kehidupan kita
yang di ibaratkan pepohonan dan budaya barat
yang diibaratkan air yang mana
apabila terlalu banyak menyiramnya maka pohon itu akan terkulai layu. Contoh
yang dapat kita ambil budaya yang menyimpang dari budaya kita sendiri; Freesex,
Pergaulan bebas, kecanduan narkoba dll.
Begitulah taman sekarang ini, semakin berkembangnya
taman semakin berevolusi pula perilaku ramaja pada saat ini. Oleh karena itu
kita sebagai generasi muda tidak seharusnya besikap seperti itu, karena tidak
selamanya taman yang semakin modern, dalam artian perilaku kaita menyimpang
dari budaya kita sendiri.
Oleh karena itu kami penulis ingin membuat makalah yang
berjudul “Menyimpangnya Perilaku Remaja akibat budaya barat”
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah
tersebut, maka timbul permasalahan yang dapat dikemukakan yaitu :
1.
Apa
penyebab terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja yang sudah mulai terkikis
oleh buaya barat ?
2.
Apakah
dikarenakan oleh orang tua, kurangnya memberi arahan ?
3.
Apakah
dikarenakan faktor lingkungan, temannya
dan perkembangan zaman ?
C. Tujuan
Penulisan
Seiring dengan permasalahan-permasalahan diatas maka tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah :
- Untuk Membinaan Anak ramaja antara lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan begaimana menyikapai budaya barat yang sudah masuk di Negara kita, agar mereka mempunyai skemata yang jelas untuk menapak masa depan.
D. Metode Penulisan
1. Metode Deduktif
Yaitu dengan meneliti persoalan budaya
barat yang terjadi dimasyarakat dan
kemudian dibandingkan dengan konsep hukum yang berlaku dalam UUD dan agama.
2.
Metode Komparatif
Yaitu dengan cara mengemukakan penyebeb
penyimpangan perilaku anak remaja, dan merumuskannya dalam satu kesimpulan
dengan cara melakukan analisis logis teoritif
- Dealektis
Yaitu dengan cara rumusan masalah dengan UUD dan
hukum agama.
E. Sistematika Penulisan
BAB I :
Pendahuluan yang berisikan latar belakang
masalah, rumusan masalah,, sistematika pembahasan.
BAB II :
Pembahasan yang berisi komsep penyebab kenakalan ramaja yang
akhirnya akan mudahnya masuk budaya barat pada diri remaja.
BAB III :
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kenakalan
Anak-anak Remaja
Sebelum tahun 1970-an dapat dikatakan bahwa istilah
kenakalan remaja belum dikenal atau belum populer. Secara resmi istilah
kenakalan digunakan dalam Inpres 6/1971 yang disusul dengan pembentukan Badan
Koordinasi Pelaksanaan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 1971 yang didalamnya
terdapat bidang Penanggulangan Remaja.
Munculnya istilah kenakalan anak-anak remaja dapat
diketahui diantaranya melalui berbagai macam tindakan dan tingkah laku yang
mereka lakukan, antara lain menunjukkan sikap kasar dalam bertindak , bersikap
suka menentang apabila diarahkan,
bersikap membantah apabila diperintah,
minum-minuman keras, merokok, nongkrong
dijalan, coret-coretan di tembok, dan berpakaian yang compang camping,
cenderung berbuat sesuatu yang hanya
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan merubah suasana sekehendak hatinya.
Secara jelas istilah kenakalan anak-anak remaja
dikemukakan oleh Bimo Walgito seperti dikutip Sudarsono adalah ”Setiap
perbuatan kejahatan, atau pebuatan yang
melawan hukum yang dilakukan oleh anak-anak khusus
anak remaja. Usia remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia
dewasa. Pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam
segi fisik maupun psikis, baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir
dan bertindak, mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia
dewasa yang memiliki kematangan berpikir.
Ada sedikit perbedaan antara keduanya tentang batas
usia ana-anak remaja. Menurut Zakiyah Daradjat usia remaja yang hamir
disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah
berkisar dari usia 13 tahun hingga 21
tahun.Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono batas usia remaja (untuk 5 masyarakat Indonesia) berkisar dari
usia 11 tahun hingga 24 tahun.
B. Bentuk-bentuk
Kenakalan Anak-anak Remaja
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh kelompok
study jiwa anak dan remaja di Jakarta tahun 1988. Kelompok tersebut membagi bentuk-bentuk kenakalan anak-anak remaja usia sekolah berdasarkan
katagori perilakunya dalam menghadapi perubahan hidup di lingkungan sekitarnya
pada 4 (empat) katagori, yaitu :
1.
Anak-anak remaja, yaitu yang dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara baik, dan tanpa kesulitan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi akadamik sesuai dengan kemampuannya;
perilakunya dapat diterima lingkungannya; dan mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan sosialnya.
2. Anak-anak
remaja usia sekolah yang bergejolak, yaitu terus menerus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Selama masa penyesuaian diri ini akan
nampak kemudahan dan kesulitan. Perilaku anak ini disebut dengan sifat “angin
anginan”. Terkadang sikap dan sifat mereka mudah dimengerti dan terkendali, dan
terkadang malah sebaliknya. Mereka akan tampak tekun dan asyik, akan tetapi
pada hal yang tidak disukai, maka akan timbul kebencian yang berlebihan.
3.
Anak-anak
remaja yang bermasalah. Pada tipe ini seorang anak sulit untuk menyesuaikan
diri, kecuali pada kalangan terbatas atau hanya pada kelompoknya saja. Perilaku
sosial dan akademiknya tergolong gagal. Di dalam keluarga selalu membuat masalah; dalam lingkungan sosial selalu membuat onar;
perilaku menyimpangnya dilakukan terang-terangan; dan tidak merasa berdosa
apabila melakukan kesalahan.
4.
Anak-anak
remaja dengan masalah berat. Pada tipe ini kegagalan total sudah terjadi. Ia
masuk ke dalam lingkaran “syetan”, mundur kena maju pun kena. Perilakunya sudah
tergolong kriminal; banyak berurusan dengan polisi; dianggap sampah masyarakat;
tanpa prestasi akademik; terbiasa dengan minuman keras; narkoba dan seks bebas.
C.
Sebab-sebab Kenakalan Anak-anak Remaja
1. Perilaku Orang tua
Lingkungan yang paling dekat dengan anak-anak remaja
dianggap paling dominan adalah lingkungan
keluarga (orang tua), yang akan membentuk mereka baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
MAW Brouwer menyatakan "Anak memantulkan dan
mencerminkan sikap dari orangtua terhadap anak itu. Itu
disebut hal diri sosial (the social self) yang menjelaskan bahwa anak menjadi
orang. Sesuai dengan sikap orangtua terhadap anak itu" Banyak
dikalangan orang tua yang selalu
merasa memiliki terhadap jiwa dan raga anaknya tanpa kecuali disertai
keinginan-keinginan yang kuat dan anggapan-anggapan bahwa anak sebagai hasil
produksi orang tua, maka harus selalu sama dengan kehendak orang tua dan dapat
diperlakukan apa saja. Maka, lahirlah sikap orang tua yang “berlebih” dan
terlalu, yang dalam hal ini muncul dalam berbagai bentuk, diantaranya :
a. Orang
tua yang selalu khawatir dan selalu ingin melindungi anak. Anak yang
diperlakukan seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang penakut, tidak mempunyai
kepercayaan diri, penuh dengan kekhawatiran, dan tidak bisa berdiri sendiri.
Dalam usahanya untuk menghadapi sikap orang tua seperti itu, anak mungkin akan
berontak dan malah berbuat hal yang dikhawatirkan dan dilarang oleh orang
tuanya.
b. Orang
tua yang terlalu menuntut. Anak yang dididik secara ambisius dengan tuntutan
yang tinggi, mungkin akan mengambil alih nilai-nilai yang terlalu tinggi itu
sehingga tidak realistis lagi. Bila ia gagal, maka ia akan frustasi, diikuti
oleh perasaan bersalah dan berdosa. Bahkan dalam kondisi seperti itu, anak bisa
berontak dan sengaja menggagalkan diri.
c. Orang
tua yang terlalu keras. Anak yang diperlakukan terlalu keras, di mana orang tua
berperan sangat dominan dalam mengambil
keputusan dan pilihan hidup anaknya, cenderung tumbuh menjadi anak yang
penurut, penakut, tidak mempunyai inisiatif dan takut berbuat salah. Ia tidak
mempunyai kepercayaan diri dan selalu ragu dalam bertindak. Apabila ia berontak
terhadap dominasi orang tuanya, maka ia akan menjadi penentang, berbuat
sekehendak dirinya, menghindar apabila menghadapi kesulitan, lari dari masalah,
dan melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya.
d. Orang
tua yang selalu memanjakan Anak yang selalu dimanjakan cenderung akan menjadi
anak yang egois, mudah frustasi, ingin selalu mendapat perhatian dari
lingkungan, banyak menuntut tapi tidak bisa memberi, dan tidak mau berjuang
untuk mencapai sesuatu serta kurang mempunyai rasa tanggung jawab dan cenderung
untuk selalu menggantungkan diri pada orang lain.
e. Orang
tua terlalu bersikap permisif (serba boleh). Anak yang dididik secara permisif
akan lemah dalam disiplin. Ia selalu akan cenderung untuk menuruti keinginannya
sendiri dan kurang dapat menahan diri atau tahan terhadap frustasi. Dia juga
cenderung menghalalkan segala cara, pemboros, serta tidak memiliki manajemen
diri yang baik.
f.
Orang tua yang selalu bersikap tak acuh dan
rejektif. Anak yang merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya cenderung
merasa dirinya ditolak, terasing dan merasa tidak ada yang menyayanginya. Ia
akan mempunyai harga diri yang rendah, serba salah dan serba takut serta
cenderung kearah defresif. Sebaliknya ia juga bisa berbuat seenaknya, tidak
mengacuhkan tata tertib atau keinginan orang lain, egois dan tingkah lakunya
cenderung kearah psikopat.
g. Orang
tua yang terlalu banyak mengkritik. Anak yang terus menerus dikritik dan
disorot kesalahan-kesalahannya akan semakin merasa serba salah. Tindak
tanduknya akan menjadi canggung, tidak mempunyai kepercayaan diri, tidak
mempunyai harga diri dan lama kelamaan akan bersikap pasif. Sebaliknya ia bisa
berontak, dan sengaja melakukan hal-hal yang tidak disenangi oleh orang tuanya.
h. Orang
tua yang tidak konsisten (istiqomah).Anak yang dididik oleh orang tua yang
tidak konsisten akan merasa bingung mengenai nilai dan norma yang dianggap baik
dan buruk, benar dan salah dalam
masyarakat. Ia akan menjadi anak yang senantiasa diselimuti oleh keragu-raguan
dalam mengambil keputusan, dan tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
2.
Teman Dekat
Sebagai manusia
yang berada dalam lingkungan sosial yang heterogen, anak-anak remaja
usia sekolah tidak dapat hidup sendiri. Mereka memerlukan teman, baik di
sekolah, di rumah atau di sekitar tempat tinggalnya. Anak-anak remaja sebagai
manusia yang berkembang terus menuju kedewasaannya akan selalu mencari siapa yang berada di
sampingnya, yang menemaninya belajar, bermain, bahkan untuk memperlihatkan
prinsip hidupnya. Teman adalah orang-orang yang akan menghiburnya pada saat ia
dalam kesedihan, menjadi pembela pada saat ia diserang baik secara fisik maupun
mental, dan teman selalu ada yang datang dan pergi.
Teman memberikan pengaruh yang luar biasa kepada
anak-anak remaja usia sekolah. Mereka dapat
menjadi anak yang lebih berani, ramah, atau lebih egois dan agresif dari
pada sifat biasanya. Anak bisa menjadi sosok yang lebih menurut kepada temannya
daripada kedua orang tuanya; dan perkataan teman lebih berpengaruh daripada
perkataan orang tuanya, bahkan anak lebih memilih lingkungan buruk bersama
teman-temannya dari pada lingkungan keluarga bersama orang tua.
3.
Penyalahgunaan Fungsi Teknologi
Teknologi di zaman modern ini telah menjelma ke dalam
berbagai bentuk yang menarik, canggih,
dan mengasyikan. Semakin hari, teknologi ini semakin memanjakan manusia dalam
berbagai bidang. Kemajuan bidang teknologi apabila tidak dibarengi dengan
penanaman akhlaq mulia, maka akan menjadi bumerang kepada anak-anak remaja usia
sekolah yang sedang berjuang untuk mencari jati diri. Kekalutan akan semakin merebak
dan rasa aman menjadi hal yang sangat mahal. Setiap hari acara televisi
menyuguhkan tontonan gratis tentang seks, kekerasan dan horror.
Ditambah lagi dengan situs-situs free di internet
yangmenginformasikan berita-berita seks bebas dan gambar-gambar porno yang
dapat diakses dengan mudah melalui
computer maupun telepon seluler. Akibatnya, kejahatan remaja modern
terkadang bersikap dan bertindak
melampaui batas. Tidak jarang sadisme itu dilakukan karena hal sepele bahkan
sama sekali tidak dilatar belakangi oleh masalah yang berat. Perbuatan itu
dilakukan hanya karena iseng dan coba-coba, yang merupakan perilaku instant.
4.
Pornografi
Seiring dengan perkembangan teknologi disegala bidang, dan
masuknya budaya global dari dan ke
setiap negara, menyebabkan adanya
asimilasi budaya dan gaya hidup global. Hal ini dapat dilihat bagaimana
gencarnya arus pornografi dalam
tayangan televisi, VCD, DVD, internet, dan berbagai gambar dalam
majalah, surat kabar dan bahkan dalam buku. Akibatnya, salah contoh adalah
budaya berpakaian. Anak-anak remaja sekarang ini lebih menyukai pakaian rok
mini, you can see, jeans ketat, kaos ketat dan menggantung, bahkan budaya model
berpakaian seperti ini, mereka padukan dengan seragam sekolah yang mereka
pakai.
Belum lagi tontonan
gerakan-gerakan erotis yang
semakin gencar dan semarak dan semakin sulit untuk dibendung. Gaya hidup remaja
glamour yang dipertontonkan melalui acara senetron remaja di televisi, model
rambut gaya, handphone yang terus berganti sesuai dengan model, tato gaya, sampai dengan asesoris diri yang
kurang mendidik.
Akibat dari tontonan dan bacaan yang kurang bertanggung
jawab tersebut, maka akan menimbulkan berbagai sikap dan perbuatan anak-anak
remaja usia sekolah sekarang ini yang cenderung kurang bertanggung jawab
terhadap dirinya, terhadap lingkungan keluarganya.
E. Alternatif Pencegahan
Sudah
menjadi tanggung jawab semua pihak, baik keluarga, masyarakat dalam hal
mengatasi kenakalan anak-anak remaja diantaranya adalah dengan :
1. Penanaman Akhlaq/Agama di Keluarga.
Dalam pendidikan anak perlu diperhatikan perlakukan
orangtua yang diterima oleh si anak misalnya, kasih sayang, perhatian yang
memadai, adil dan tempat berbagi cerita. Dengan demikian anak akan merasa aman
dan tenteram tanpa rasa takut dan dimarahi, dibanding-banding dengan
saudara-saudaranya yang lain. Pendidikan
agama dalam keluarga sebagai
pendidikan pertama dan utama yang memiliki peran sentral dalam pembentukan anak
shaleh. Peran ayah dan ibu dalam pendidikan
agama dalam keluarga adalah
sebagai guru yang wajib membawa anak mereka ke jalan Islami dengan penuh
perhatian dan rasa kasih sayang.
Daradjat menyatakan, hanya agamalah yang dapat mengendalikan manusia dan
mengarahkannya kepada perbuatan yang baik, saling menolong dan membantu untuk
mencapai kehidupan yang baik bagi semua orang.
BAB
III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Anak-anak remaja usia sekolah adalah
asset masa depan suatu bangsa, oleh sebab itu pola pikir, pola perilaku dan
pola tindakan serta pola sikap mereka harus diformat secara ptimal, sehingga
mereka mempunyai pola hidup yang terarah dan terpadu, penuh dengan kreasi dan
inovasi.
Sinkronisasi pembinaan antara
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan ingkungan sekolah merupakan strategi yang tepat dalam upaya
membentuk kepribadian mereka, agar mereka mempunyai skemata yang jelas untuk menapak
masa depan.
Keberadaan anak-anak remaja usia
sekolah dengan segala kelebihan dan kekurangan reka, sehingga ke depan kita
berharap generasi muda hari ini akan menjadi penopang elangsungan hidup berbangsa dan bernegara
khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam menggapai cita-cita bangsa
yaitu masyarakat yang penuh dengan keadilan, kemakmuran dan ampunan Allah SWT. Amin.
Komentar
Posting Komentar